Jumat, 08 April 2011

Dalam Cengkraman Kapitalis

Diposting oleh Ranthy Aprilly di 21.54

Resensi buku
Judul Buku      : Soekarno Muda, Biografi Pemikiran 1926-1933
Penulis             : Peter Kasenda
Penerbit           : Komunitas Bambu, 2010
Tebal               : 154 halaman




Banjir mulai terjadi di ibu kota Jakarta. Memasuki musim hujan, Jakarta ikut menjadi kawasan abu-abu yang tergenang oleh air. Hal ini bukan sesuatu yang baru, karena ini salah satu masalah klasik yang terjadi di Indonesia. Dampaknya pun semakin luas setiap tahunnya, Bukan hanya daerah pinggiran, jalanan protokol bahkan kampus ikut terkena banjir. Tata letak kota menjadi salah satu fokus permasalahan, yaitu pembangunan. Jakarta sebagai sentral pemerintahan kini menjadi semakin padat. Bukan karena bertambahnya lahan hijau, tetapi lahan ini telah beralih fungsi menjadi pusat bangunan pencakar langit.
Saya lebih melihat kapitalisme sebagai salah satu penyebabnya. Seperti beralihnya lahan-lahan hijau menjadi gedung-gedung apartemen, perkantoran, ataupun pusat perbelanjaan. Di Jakarta sendiri lebih dari 1800 H digunakan untuk pusat perbelanjaan. Empat sampai lima pusat perbelanjaan dapat ditemui dalam satu kawasan. Tentu ada yang dirugikan dan diuntungkan.  Para pemodal berlomba-lomba membangun gedung bertingkat dengan keuntungan berlipat ganda dengan mengabaikan keharmonisan alam. Ruang-ruang yang seharusnya digunakan untuk tempat resapan air pun menjadi beralih fungsi.   
Kebutuhan dan moderenitas menjadi rasionalitas para pemodal. Kebutuhan manusia akan sandang, pangan, dan papan menaik seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern menunggu di depan mata dengan berbagai proyek pembangunan ibukota. Alhasil, manusia menjadi konsumtif dalam berbagai hal. Secara tidak sadar kesadaran mereka pun tertutup karena kebutuhan dan materi yang ditawarkan.Tidak heran jika secara tidak langsung masyarakat Indonesia berperan dalam banjir entah itu dalam pembuangan sampah atau ikut dalam siklus kapitalisme. 
Sedikit beralih ke sejarahnya, kapitalisme (modal asing) sendiri gencar masuk ke Indonesia pada zaman orde baru (orba). Setelah Soeharto naik, Jakarta mulai padat dengan pembangunan dan sebagai sentral pemerintahan. Selain karena pinjaman asing yang masuk sebagai modal awal pembangunan, pemodal asing bebas menanamkan pengaruhnya di Indonesia melalui pembangunan. Berkaca dari sejarah masa lalu, yang mempunyai modal semakin kuat dan yang lemah smakin lemah, itulah sedikit gambaran Indonesia saat ini.        
            Rakyat kecil pun menjadi kambing hitam, sekaligus menjadi korban. seperti pembangunan rumah di bantaran kali atau menumpuknya sampah-sampah di saluran air. Mereka dipersalahkan karena membangun rumah di daerah terlarang. Ketiadaan akses untuk hidup menjadi alasan mereka melakukan pembangunan liar di daerah kali. Jangankan untuk membangun rumah, prioritas mereka adalah kebutuhan sehari-hari. Penderitaan pun bertambah ketika mereka harus kehilangan anggota keluarga karena banjir. Jika hal ini sudah terjadi, tindakan nyata dari pemerintah adalah menggiring mereka agar tidak tinggal di bantaran kali, sedangkan pembangunan terus dilegalkan.
             Fakta diatas merupakan satu buah pemikiran yang ditakuti soekarno yaitu kapitalisme. Soekarno, pria kelahiran 6 juni 1901 mengutuk keras adanya kapitalisme dan imperialisme yang terjadi di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan sudah pasti jelas yaitu rakyat kecil. Dalam pemikirannya, jelas disampaikan bahwa Indonesia harus bisa berdiri sendiri dan menolak tegas kapitalisme. Apa daya nasi sudah menjadi bubur, kapitalisme sudah masuk dan menjadi momok menakutkan, jelas gerakan yang harus dilakukan adalah merebut. Karena tidak ada satu kelas pun yang memberikan kekuasaannya dengan sukarela kepada kelas lain.
  Dalam hal ini negara adalah penanggung jawab terbesar, sedikit romantisme, bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara jelas tertuang dalam UUD RI, permasalahan ini memang menjadi tanggung jawab bersama, tetapi peran negara sangat dominan melalui kebijakannya, semua menjadi sia-sia ketika nantinya sudah ada sikap kebersamaan tetapi pemerintah masih tidak tegas terhadap kebijakan yang dikeluarkan.
Sejatinya, semua permasalahan di negara ini tidak lepas dari masa lalu. Sejarah telah memberikan bukti bahwa peristiwa yang terjadi baiknya dijadikan pelajaran agar lebih baik kedepannya. Belajar dari sejarah adalah langkah yang harus dilakukan dengan segera. Karena masa lalu bukanlah sebuah dongeng sebagai pengantar tidur, tetapi sebagai releksi tindakan agar kita tidak jatuh kedalam lubang permasalahan yang sama. Semoga hal ini dijadikan refleksi tindakan bukan hanya pemikiran saja.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Remember Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei